laporan praktikum

content="Word.Document">

laporan praktikum


PENGUJIAN MUTU MINYAK KAYU PUTIH

A. TUJUAN

Menentukan mutu minyak kayu putih yang dilihat dari parameter berat jenis dan kelarutannya dalam alcohol berdasarkan SNI 06-3954-2001.

B. PRINSIP

1. Prinsip penentuan berat jenis

Berat jenis suatu bahan adalah perbandingan antara berat bahan tersebut dengan berat air pada suhu dan volume yang sama.

2. Prinsip penentuan kelarutan minyak dalam alkohol

Alkohol dapat larut dengan minyak atsiri maka pada komposisi minyak atsiri yang dihasilkan tersebut terdapat komponen-komponen terpen teroksigenasi, kelarutan minyak dalam alkohol ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung dalam minyak.

C. DASAR TEORI

1. Minyak kayu putih

Kayu Putih (Melaleuca leucadendra L.) Famili Myrtaceae. Kayu putih dapat tumbuh di tanah tandus, tahan panas dan dapat bertunas kembali setelah terjadi kebakaran. Tanaman ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 400 m dpl, dapat tumbuh di dekat pantai di belakang hutan bakau, di tanah berawa atau membentuk hutan kecil di tanah kering sampai basah. Pohon, tinggi 10-20 m, kulit batangnya berlapis-lapis, berwarna putih keabu-abuan dengan permukaan kulit yang terkelupas tidak beraturan. Batang pohonnya tidak terlalu besar, dengan percabangan yang menggantung kebawah. Daun tunggal, agak tebal seperti kulit, bertangkai pendek, letak berseling. Helaian daun berbentuk jorong atau lanset, panjang 4,5-15 cm, lebar 0,75-4 cm, ujung dan pangkalnya runcing, tepi rata, tulang daun hampir sejajar.

Gambar 1. Pohon kayu putih

Gelam atau Kayu putih (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron) merupakan pohon anggota suku jambu-jambuan (Myrtaceae) yang dimanfaatkan sebagai sumber minyak kayu putih (cajuput oil). Minyak diekstrak (biasanya disuling dengan uap) terutama dari daun dan rantingnya. Namanya diambil dari warna batangnya yang memang putih.Tumbuhan ini terutama tumbuh baik di Indonesia bagian timur dan Australia bagian utara, namun demikian dapat pula diusahakan di daerah-daerah lain yang memiliki musim kemarau yang jelas. Minyak kayu putih mudah menguap. Pada hari yang panas orang yang berdekatan dengan pohon ini akan dapat membauinya dari jarak yang cukup jauh. Sebagai tumbuhan industri, kayu putih dapat diusahakan dalam bentuk hutan usaha (agroforestri). Perhutani memiliki beberapa hutan kayu putih untuk memproduksinya. Minyak kayu putih yang diambil dari penyulingan biasa dipakai sebagai minyak balur atau campuran minyak pengobatan lain (seperti minyak telon) atau campuran parfum serta produk rumah tangga lain (http://www.wikipedia.org).

2. Standar mutu minyak kayu putih

Standar Minyak Kayu Putih Menurut SNI 06-3954-2001

Karakteristik

Syarat

Warna

Kekuning-kuningan sampai kehijauan

Bobot jenis

0.868-0.921

Kelarutan dalam etanol 80%

1:1 sampai dengan 1:10 (Volume) jernih

Kadar Sineol (%)

50 – 65

Mutu utama > 55%

Mutu Pertama <>

Putaran Optik

-4° - 0°

Indeks Bias

1,464 – 1482

D. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

* Neraca

* piknometer

* tabung reaksi

* eksikator

* oven

* timer

* pipet ukur 10 mL

* pipet filler

2. Bahan

* Sampel Minyak kayu putih

* Alcohol 80%

E. PROSEDUR KERJA

1. Penentuan berat jenis minyak kayu putih

* Menyiapkan alat dan bahan

* Membersihkan piknometer dan mengeringkannya dalam oven selama 10 menit

* Mengeluarkannya dari oven dan mendinginkannya dalam eksikator lalu menimbangnya

* Memasukkan sampel yang akan di uji berat jenisnya ke dalam piknometer sampai penuh

* Menutup piknometer dengan penutup yang sesuai sampai tidak ada gelembung udara dalam piknometer

* Mengeringkan piknometer serta tutupnya denga tissue lalu menimbangnya

* Menghitung berat jenis piknometer

2. Penentuan kelarutan minyak kayu putih dalam alcohol

* Menyiapkan alat dan bahan

* Memipet minyak kayu putih sebanyak 2 mL dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi

* Menambahkan 8 mL alcohol 80% yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi sedikit demi sedikit

* Mengosok tabung reaksi

* Mengamati kejernihan minyak

F. DATA PENGAMATAN

1. Data berat jenis

No

mL sampel

mL alcohol

Hasil

Keterangan

1

2

8

Minyak larut dalam kekeruhan

Tipe B

2. Data kelarutan minyak dalam alcohol

No

Piknometer kosong (g)

Piknometer

+ sampel (g)

Volume piknometer (mL)

Berat jenis minyak kayu putih

1

30,361

73,91

50

0,8709

Perhitungan : { piknometer + sampel (g)} – {piknometer kosong (g)} x 1

Volume piknometer (mL)

: (73,91-30,361) x 1 : 0,8709

50

G. PEMBAHASAN

Pengujian minyak kayu putih ini bertujuan untuk menentukan berat jenis minyak kayu putih dan kelarutannya dalam alkohol 80%. Standar mutu untuk minyak kayu putih tertuang dalam SNI 06-3954-2001. Sampel yang diuji adalah minyak kayu putih cap Tresnojoyo.

Penetapan berat jenis minyak kayu putih dilakukan dengan membersihkan piknometer dan mengeringkannya dalam oven selama 10 menit. Agar piknometer lebih bersih dari kotoran-kotoran maka sebaiknya piknometer sebelum digunakan di cuci terlebih dulu dengan aquadest dan eter. Aquadest berfungsi untuk melarutkan kotoran ynag menempel pada piknometer yang bersifat polar yang dapat larut dalam air. Sedangkan eter berfungsi untuk melarutkan komponen. Selanjutnya piknometer dikeluar kan dari oven dan didinginkan dalam eksikator lalu timbang. Masukkan sampel yang akan di uji berat jenisnya ke dalam piknometer sampai penuh. Tutup piknometer dengan penutup yang sesuai sampai tidak ada gelembung udara dalam piknometer. Gelembung udara dapat mempengaruhi penimbangan menyebabkan hasil penimbangan tidak akurat. Keringkan piknometer serta tutupnya denga tissue lalu timbang. Pengeringan dengan tissue dilakukan sampai piknometer benar-benar kering, karena jika tidak hasil penimbangan dapat lebih berat dari yang sebenarnya.

Perhitungan berat jenis minyak kayu putih menggunakan rumus:

= { piknometer + sampel (g)} – {piknometer kosong (g)} x 1

Volume piknometer (mL)

Pada rumus diatas, angka 1 adalah koefisien dari pada aquadest, yaitu bahwa berat jenis air murni adalah 1. Setelah dilakukan pengukuran didapatkan data bahwa berat piknometer kosong adalah 30,361, berat piknometer yang ditambahkan sampel yaitu 72.91, dan volume piknometer adalah 50 mL sehingga ketika dimasukkan ke dalam rumus diatas berat jenis minyak kayu putih didapatkan 0,8709. Syarat mutu untuk berat jenis minyak kayu putih dalam SNI 06-3954-2001 berkisar antara 0.868-0.921. dikarenakan 0,8709 ada dalam kisaran tersebut maka dapat dikatakan bahwa berat jenis minyak kayu putih telah memenuhi syarat 06-3954-2001.

Berat jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak minyak kayu putih. Nilai berat jenis minyak minyak kayu putih didefinisikan sebagai perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume air yang sama dengan volume minyak pada yang sama pula. Berat jenis sering dihubungkan dengan fraksi berat komponen-komponen yang terkandung didalamnya. Semakin besar fraksi berat yang terkandung dalam minyak, maka semakin besar pula nilai densitasnya. Biasanya berat jenis komponen terpen teroksigenasi lebih besar dibandingkan dengan terpen tak teroksigenasi.

Pengujian selanjutnya yang dilakukan terhadap minyak kayu putih yaitu menguji kelarutan minyak kayu putih dengan alcohol 80%. Pengujian ini dilakukan dengan cara memipet sebanyak 2 mL minyak kayu putih ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya ke dalam tabung reaksi tambahkan alcohol 80% yang dimasukkan sedikit demi sedikit agar minyak dan alcohol dapat tercampur rata. Kocok tabung reaksi dan lakukan pengamatan. Setelah dikocok ternyata minyak dapat bercampur dengan alcohol, namun tidak jernih melainkan keruh. Minyak kayu putih apabila dicampurkan dengan alcohol, ada dua golongan yang terjadi yaitu:

* Tergolong tipe A, bila minyak larut sempurna dan membentuk larutan yang jernih dan cerah dalam perbandingan 80%

* Tergolong tipe B, apabila minyak larut dengan kekeruhan dan membentuk larutan yang tidak sepenuhnya jernih dan cerah.

Berdasarkan tersebut maka sampel minyak kayu putih digolongkan dalam tipe B karena minyak ini dapat larut dalam alkohol namun tidak dapat jernih. Dalam SNI 06-3954-2001 disebutkan bahwa minyak kayu putih yang memenuhi syarat adalah apabila perbandingan minyak dengan alkohol 1:1 sampai dengan 1:10 larutan akan tetap jernih. Karena larutan yang terbentuk keruh dan tidak jernih maka minyak kayu putih tidak memenuhi SNI 06-3954-2001. Telah diketahui bahwa alkohol merupakan gugus OH. Karena alkohol dapat larut dengan minyak atsiri maka pada komposisi minyak atsiri yang dihasilkan tersebut terdapat komponen-komponen terpen teroksigenasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Guenther bahwa kelarutan minyak dalam alkohol ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung dalam minyak. Pada umumnya minyak atsiri yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut daripada yang mengandung terpen. Makin tinggi kandungan terpen makin rendah daya larutnya atau makin sukar larut, karena senyawa terpen tak teroksigenasi merupakan senyawa nonpolar yang tidak mempunyai gugus fungsional. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin kecil kelarutan minyak kayu putih pada alkohol (biasanya alkohol 80%) maka kualitas minyaknya semakin baik.

Minyak kayu putih adalah minyak atsiri berupa destilat hasil penyulingan daun kayu putih (Melaleuca leucadendron Linn.). Minyak kayu putih tergolong dalam minyak atsiri. Minyak atsiri adalah produk yang didapat dari destilasi dari tanaman yang mengandung minyak atsiri yaitu terjadi sebagai hasil atau dampak dari proses‑proses fisiologis sekresi di dalam sel atau ruangan antar sel dari tanaman yang terdapat pada akar, daun, biji ataupun bunga. Minyak atsiri (olea volatil) ialah minyak yang mudah menguap yang zaman dahulu dikenal dengan minyak terbang dengan rasa yang tajam dan bau yang khas.

Minyak kayu putih (cajuput oil, oleum-melaleuca-cajeputi, atau oleum cajeputi) dihasilkan dari hasil penyulingan daun dan ranting kayu putih (M. leucadendra). Minyak atsiri ini dipakai sebagai minyak pengobatan, dapat dikonsumsi per oral (diminum) atau, lebih umum, dibalurkan ke bagian tubuh. Khasiatnya adalah sebagai penghangat tubuh, pelemas otot, dan mencegah perut kembung. Minyak ini mengandung terutama eukaliptol (1,8-cineol) (komponen paling banyak, sekitar 60%), α-terpineol dan ester asetatnya, α-pinen, dan limonen.

Beberapa parameter lain yang biasanya dijadikan standar untuk mengenali kualitas minyak kayu putih diantaranya adalah:

1. Indeks Bias

Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan cahaya didalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks bias minyak atsiri berhubungan erat dengan komponen-komponen yang tersusun dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis dimana komponen penyusun minyak atsiri dapat mempengaruhi nilai indeks biasnya. Semakin banyak komponen berantai panjang seperti sesquiterpen atau komponen bergugus oksigen ikut tersuling, maka kerapatan medium minyak atsiri akan bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih sukar untuk dibiaskan. Hal ini menyebabkan indeks bias minyak lebih besar. Menurut Guenther, nilai indeks juga dipengaruhi salah satunya dengan adanya air dalam kandungan minyak jahe tersebut. Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin kecil nilai indek biasnya. Ini karena sifat dari air yang mudah untuk membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil.

2. Putaran optik

Sifat optik dari minyak atsiri ditentukan menggunakan alat polarimeter yang nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri jika ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasikan maka memiliki sifat memutar bidang polarisasi ke arah kanan (dextrorotary) atau ke arah kiri (laevorotary). Pengukuran parameter ini sangat menentukan kriteria kemurnian suatu minyak atsiri.

3. Bilangan Asam

Bilangan asam menunjukkan kadar asam bebas dalam minyak atsiri. Bilangan asam yang semakin besar dapat mempengaruhi terhadap kualitas minyak atsiri. Yaitu senyawa-senyawa asam tersebut dapat merubah bau khas dari minyak atsiri. Hal ini dapat disebabkan oleh lamanya penyimpanan minyak dan adanya kontak antara minyak atsiri yang dihasilkan dengan sinar dan udara sekitar ketika berada pada botol sampel minyak pada saat penyimpanan. Karena sebagian komposisi minyak atsiri jika kontak dengan udara atau berada pada kondisi yang lembab akan mengalami reaksi oksidasi dengan udara (oksigen) yang dikatalisi oleh cahaya sehingga akan membentuk suatu senyawa asam. Jika penyimpanan minyak tidak diperhatikan atau secara langsung kontak dengan udara sekitar, maka akan semakin banyak juga senyawa-senyawa asam yang terbentuk. Oksidasi komponen-komponen minyak atsiri terutama golongan aldehid dapat membentuk gugus asam karboksilat sehingga akan menambah nilai bilangan asam suatu minyak atsiri. Hal ini juga dapat disebabkan oleh penyulingan pada tekanan tinggi (temperatur tinggi), dimana pada kondisi tersebut kemungkinan terjadinya proses oksidasi sangat besar.

Mutu minyak kayu putih diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mutu Utama (U) dan mutu Pertama (P). Keduanya dibedakan oleh kadar cineol, yaitu senyawa kimia golongan ester turunan terpen alkohol yang terdapat dalam minyak atsiri seperti kayu putih. Minyak kayu putih atau Minyak Angin Aromatherapy mutu U mempunyai kadar cineol ≥ 55%, sedang mutu P kadar cineolnya kurang dari 55%.

Secara umum, kayu putih dikatakan bermutu apabila mempunyai bau khas minyak kayu putih, memiliki berat jenis yang diukur pada suhu 15oC sebesar 0,90 – 0,93, memiliki indeks bias pada suhu 20oC berkisar antara 1,46 – 1,47 dan putaran optiknya pada suhu 27,5oC sebesar (-4)o–0o. Indeks bias adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara sinus sudut datang dengan sinus sudut bias cahaya, sedangkan yang dimaksud putaran optik adalah besarnya pemutaran bidang polarisasi suatu zat.

Disamping itu, minyak kayu putih yang bermutu akan tetap jernih bila dilakukan uji kelarutan dalam alkohol 80%, yaitu dalam perbandingan 1 : 1, 1 : 2, dan seterusnya s.d. 1 : 10. Dalam minyak kayu putih tidak diperkenankan adanya minyak lemak dan minyak pelican. Minyak lemak merupakan minyak yang berasal dari hewan maupun tumbuhan, seperti lemak sapi dan minyak kelapa, yang mungkin ditambahkan sebagai bahan pencampur dalam minyak kayu putih. Demikian juga minyak pelican yang merupakan golongan minyak bumi seperti minyak tanah (kerosene) dan bensin biasa digunakan sebagai bahan pencampur minyak kayu putih, sehingga merusak mutu kayu putih tersebut.

Salah satu cara untuk mengetahui minyak kayu putih yang mempunyai kualitas bagus/murni dapat dilakukan dengan mengocoknya. Minyak kayu putih yang murni bila dikocok didalam botol maka gelembung-gelembung yang terbentuk dipermukaan akan cepat menghilang. Bila minyak kayu putih dipalsukan, yaitu dicampur dengan minyak tanah atau bensin, maka gelembung-gelembung yang terbentuk setelah dikocok, tidak akan cepat menghilang.
 

H. KESIMPULAN

Setelah melakukan pengujian minyak kayu putih yang meliputi berat jenis dan kelarutan dalam alcohol, dapat disimpulkan bahwa:

* Berat jenis minyak kayu putih 0,8709 telah memenuhi syarat sesuai dengan SNI 06-3954-2001

* Kelarutan minyak dalam alkohol hasilnya adalah larut dengan kekeruhan sehingga masuk ke dalam tipe B namun tidak memenuhi SNI 06-3954-2001.

I. DAFTAR PUSTAKA

* http://www.wikipedia.org

* http://www.iptek.net.id

 

Read Users' Comments (0)

0 Response to "laporan praktikum"

Posting Komentar